Senin, 14 Februari 2011

Mendeteksi Kesulitan Belajar


Meski kesulitan belajar baru dialami di usia sekolah, namun pendeteksiannya dapat dilakukan sejak usia prasekolah agar dapat ditangani segera. Risiko kesulitan belajar bisa dideteksi sejak anak berusia 3-5 tahun. Deteksi ini meliputi pemantauan terhadap perkembangan persepsi, konseptual, kemampuan mengingat, berbahasa, penguasaan diri, pemusatan perhatian dan fungsi integrasi sensorik.
Orang tua dapat mendeteksi kemungkinan adanya risiko kesulitan belajar dengan cara sebagai berikut :
1.      Mengamati tanda-tanda awal yang berkaitan perkembangan :
a.      Motorik, meliputi keterampilan berlari, melompat, melempar dan sebagainya. Apakah keseimbangannya baik atau tidak ?
b.     Persepsi
w  Visual : Dalam mengenali huruf yang hampir mirip seperti ” b ” dan ” d ”, apakah anak sering kali terbalik/tertukar ? Begitu pun dalam mengenali bentuk-bentuk geometri yang hampir sama.
w  Auditori ; Lihat bagaimana respons anak terhadap suatu intruksi. Apakah bisa mengikuti atau tidak ? Apakah responsnya cepat atau lambat ?
w        Taktil –kinestetik : Lihat bagaimana anak menggerakkan jari-jemarinya dalam membedakan tekstur, misal apakah anak cukup peka dengan permukaan kasar dan halus ; apakah anak cukup ajek dalam memegang pensil dengan jari-jari tangannya ; apakah anak dapat menebak benda dengan meraba dan mata tertutup ?
c.      Bahasa (reseptif dan ekspresif), apakah perkembangan bicaranya terbatas dibanding teman-teman seusianya, sehingga sulit menceritakan pengalaman dirinya ? Sulit mengutarakan keinginannya secara ekspresif, kalaupun bisa sangat terbatas.
2.      Mengamati perkembangan praakademik di tingkat prasekolah
a.      Pramembaca
w        Bagaimana sikapnya terhadap buku, tertarik atau tidak ?
w        Bagaimana perilaku saat memanipulasi buku, pura-pura membolak-balik buku atau tidak ?
w        Apakah memiliki kesadaran bunyi, semisal bisa memenggal kata/ritme tertentu atau tidak ?
w        Apakah dapat mengenal kata/lambang tertentu atau tidak ?
b.     Pramenulis
w        Apakah mampu menyalin menyalin bentuk-bentuk geometri atau tidak ?
w        Apakah mampu menulis dari urutan kiri ke kanan ?
w        Apakah mampu menuliskan namanya sendiri ?
c.      Praberhitung
w        Apakah mampu mengklasifikasikan bentuk, warna dan ukuran ?
w        Apakah mampu mengurutkan kecil-besar, pendek-panjang dan sebagainya?
w        Apakah mampu menyimpilkan perbandingan ? Misal kakak lebih tinggi dari adik, ayah lebih tinggi dari kakak, jadi ayah paling tinggi.
3.      Menelusuri penyebab kesulitan belajar
w        Masa Pranatal, kondisi ibu selama kehamilan dapat mempengaruhi kondisi bayi dalam kandungan.
w        Masa Natal, kondisi saat kelahiran, apakah proses kelahirannya lancar atau sulit ?
w        Masa Pascanatal, kondisi setelah kelahiran, seperti hambatan pernapasan akibat prematuritas.
w        Herediter/keturunan, ada-tidaknya riwayat kesulitan belajar dalam keluarga.

Perkembangan
Aktivitas


Motorik Kasar
w        Latihan merangkak
w        Latihan merayap
w        Latihan jalan menelusuri garis
w        Latihan lempar tangkap bola
w        Latihan lari dan lompat




Motorik Halus
w        Meronce manik-manik
w        Menjepitkan jepitan
w        Menyusun balok-balok
w        Bermain plastisin, menggulung, meremas
w        Menyobek kertas
w        Membuat mozaik, kolase
w        Memilah-milah benda
w        Memasukkan benda kedalam kotak
w        Memetik jari-jari
w        Bermain kontruksi



Persepsi Auditori
w        Meniru dan menghitung ketukan
w        Mengenali dan memeragakan suara
w        Menirukan Suara
w        Membedakan berbagai bunyi
w        Mengulang kata-kata yang bunyinya mirip
w        Melaksanakan instruksi


Persepsi Visual
w        Menemukan bentuk gambar
w        Menyusun puzzle
w        Klasifikasi/mengelompokkan benda, bangunan
w        Menemukan huruf/angka Menyuruh anak menyebutkan beberapa benda dalam gambar
w        Perlihatkan gambar minta anak untuk menyebutkannya
Persepsi Taktil-Kinestetik
Taktil:
w        Menebak benda dengan cara meraba
w        Menghitung benda dengan cara meraba
w        Membedakan benda kasar dan halus
Kinestetik :
w        Menirukan gerak sesuai contoh
w        Memutar tangan
w        Membuat pola bangun dengan jari-jari tangan
w        Membuat pola bangun pada kertas (menggambar)


Disarikan dari berbagai sumber

Dependen


  1. PENGERTIAN
Dependen / tergantung adalah sikap dan perilaku anak yang selalu ingindibantu dalam melakukan berbagai hal yang sebenarnya sudah dapat dilakukannya.
      Proses perkembangan kemandirian pada anak diawali sejak usia yang sangat dini, ketika anak  mulai sadar dan menunjukkan perkembangan keterampilan motorik kasar dan sedikit motorik halus.
  1. CIRI-CIRI
Adapun ciri-ciri anak dependen antara lain :
    1. Sering mengatakan tidak bisa, tidak mampu
    2. Tampak tidak semangat, malas, ragu-ragu dan cemas
    3. Reaksi dan perilakunya dalam banyak situasi seperti anak dibawah usianya
    4. Cenderung pendiam, pasif, tidak lincah terutama dalam situasi yang dipersepsikannya menuntut prestasi
    5. Dalam pergaulan dengan teman sebaya cenderung menjadi pengikut
    6. Bila melakukan tugas perlu petunjuk yang jelas dan dukungan orang lain
    7. Bila bekerja butuh waktu lama, banyak menghapus dan lebih banyak diam.
  1. PENYEBAB
Faktor yang paling banyak menentukan perkembangan anak menjadi dependen/tergantung adalah sikap dan perlakuan orang tua/pengasuh yang kurang memberi kesempatan dan latihan pada anak untuk mengerjakan sesuatu sendiri. Hal ini disebabkan oleh orang tua/pengasuh yang :
    1. Menganggap anak tidak mampu (under-estimate) sehingga selalu cenderung membantu anak
    2. Menuntut anak terlalu tinggi sehingga tidak sabar bila anak bekerja lambat dan tidak rapi
    3. Kasihan melihat anak sulit melakukannya sendiri dengan susah payah, selalu melindungi anak dari kesulitan (over-protective).
  1. PENANGANAN
Pokok permasalahan anak dependen adalah tidak berkembangnya keterampilan untuk melakukan berbagai kegiatan (life skills) dan perasaan bahwa ia tidak mampu. Konsep diri (self concept) dan harga diri (self esteem) tidak berkembang dengan baik.
Penanganan diarahkan untuk meningkatkan keterampilan dan harga diri dengan cara sebagai berikut :
1.       Berikan kesempatan dan latihan pada anak untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya dapat dilakukan, dengan selalu disertai dukungan dan penghargaan sekecil apa pun prestasi/hasil kerjanya
2.       Tanamkan disiplin, rutinitas dan batasan-batasan yang realistis
3.       Hindarkan/minimalkan situasi yang dapat menyebabkan anak merasa tertekan, terancam sehingga timbul kecemasan dan rasa takut yang akan menghambat gerak dan langkahnya
4.       Beri kesempatan anak untulk mengambil keputusan dan menentukan apa yang akan dilakukan atau dipilihnya, beri penghargaan bila ia mau dan dapat melakukannya.
  ( Wallahua’lam, Usth. Siti )

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)


  1. PENGERTIAN
National Association for the Education of Young Children ( NAEYC) mendefinisikan anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun yang tercakup dalam program pendidikan di taman penitipan anak, penitipan anak pada keluarga ( family child care home), pendidikan prasekolah baik swasta maupun negeri, TK dan SD.
Undang- undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
  1. KARAKTERISTIK
Berbeda dengan fase usia anak lainnya, anak usia dini memiliki karakteristik yang khas. Adapun karakteristik anak usia dini adalah sebagai berikut :
1.      Memiliki rasa ingin tahu yang besar
2.       Merupakan pribadi yang unik
3.       Suka berfantasi dan berimajinasi
4.       Masa paling potensial untuk belajar
5.       Menunjukkan sikap egosentris
6.       Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek
7.       Sebagai bagian dari makhluk sosial
         Selain karakteristik anak usia dini diatas ada beberapa titik kritis yang perlu diperhatikan pada anak usia dini yang berbeda dengan anak usia sesudahnya. Titik kritis tersebut adalah sebagai berikut :
  1. Membutuhkan rasa aman, istirahat dan makanan yang baik
  2. Datang kedunia yang diprogramkan untuk meniru
  3. Membutuhkan latihan dan rutinitas
  4. Memiliki kebutuhan untuk banyak bertanya dan memperoleh jawaban
  5. Cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa
  6. membutuhkan pengalaman langsung
  7. Trial and error menjadi hal pokok dalam belajar
  8. Bermain merupakan dunia masa kanak- kanak

  1. TUJUAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Tujuan PAUD adalah untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak agar dapat tumbuh kembang secara sehat dan optimal sesuai dengan nilai, norma dan harapan masyarakat. Pandidikan anak usia dini merupakan persiapan untuk memasuki pendidikan dasar. Hasil PAUD sangat menentukan keberhasilan anak dalam mengikuti pendidikan dasar. ( Wallahua’lam, Usth Siti )

Temper Tantrum


  1. DEFINISI
Temper tantrum didefinisikan sebagai suatu ekspresi kemarahan yang sangat kuat, yang lepas kontrol, yang disertai dengan perilaku- perilaku seperti menangis, menjerit, menghentakkan kaki dan tangan pada tanah, serta perilaku agresif ( memukul, menendang ).
  1. PENYEBAB
Temper tantrum merupakan perilaku yang wajar terjadi pada anak usia 2-4 tahun walaupun beberapa orang tua masih harus menghadapi sifat tantrum anaknya sampai mereka berusia 5-6 tahun. Penyebabnya adalah bahwa pada usia ini anak mulai menunjukkan sikap negativistic dan kemandirian (independence). Anak mangalami kesulitan untuk mengungkapkan keinginannya secara verbal dan memilih berlaku explosif atau meledak – ledak.
Pada dasarnya perilaku temper tantrum memiliki aspek positif yaittu sebagai suatu cara mempertahankan diri ketika seorang anak berada dalam keadaan frustasi, diganggu atau ketika sesuatu dari milik mereka diambil. Dalam hal ini perilaku temper tantrum merupakan release yang tentu saja akan lebih baik daripada keadaan pasif. Respons kemarahan yang dikeluarkan mungkin lebih sehat daripada memendam masalah.
Temper tantrum akan menjadi masalah yang serius bila ia menjadi cara pemecahan masalah favorit bagi anak untuk memperoleh keinginannya. Jadi setiap saat ia menginginkan sesuatu maka anak akan menunjukkan temper tantrum.
  1. JENIS- JENIS TEMPER TANTRUM
Temper tantrum dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :
1.       Manipulative tantrum. Perilaku ini terjadi ketika seorang anak tidak memperoleh apa yang diinginkannya. Perilaku ini akan berhenti saat keinginannya dituruti.
2.       Verbal frustation tantrum. Perilaku ini terjadi ketika anak tahu apa yang ia inginkan tetapi ia tidak tahu bagaimana cara menyampaikan keinginannya secara jelas. Pada kejadian ini anak akan mengalami frustasi.
3.       Temperamental tantrum. Perilaku ini terjadi ketika tingkat frustasi anak mencapai tahap yang sangat tinggi, dan anak menjadi sangat tidak terkontrol, sangat emosional. Anak akan merasa sangat lelah dan sangat kecewa.
  1. PENANGANAN
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para ustadzah dalam menghadapi perilaku temper tantrum antara lain :
  1. Mencoba mengerti dan memahi jenis tantrum apa yang terjadi pada saat itu misal :
a.       Menangani manipulative tantrum dengan metode time out yakni memasukkan anak dalam situasi dimana semua orang tidak ada yang mempedulikannya. Panjang waktu time out yang paling efektif adalah disesuaikan usia anak ( 2 tahun selama 2 menit, 3 tahun selama 3 menit dst )
b.       Menangani verbal frustation tantrum dengan mengajak bicara, misal pada kasus anak melempar potongan puzzle, katakan pada anak “ kamu kelihatan sangat marah dan melempar potongan puzzle itu, apa karena potongan itu tidak bisa masuk dengan pas ? ” Bila apa yang ustadzah ucapkan benar sesuai dengan kesulitan yang dirasakan anak maka ia akan menjawab, ” Ya”. Kemudian ustadzah  dapat mulai memberikan bantuan. Akan tetapi jika tebakan ustadzah tentang kesulitan masalah anak itu salah maka bantu ia untuk dapat menceritakan masalahnya.
c.       Menangani temperamental tantrum hampir sama dengan poin kedua, namun kita harus bisa membedakan antara mengontrol kemarahan yang dialami oleh anak dalam menginginkan sesuatu atau kemarahan sebagai rasa frustasi.
  1. Mencoba mencatat tentang hal – hal yang dapat menyebabkan anak berlaku temper tantrum.
  2. Mencoba untuk mengendalikan diri
  3. Jangan berargumentasi atau mencoba menjelaskan tindakan anda kepada anak prasekolah yang sedang tantrum.
  4. Jangan memberikan reward terhadap perilaku tantrum
  5. Hindari penggunaan obat. 
( Wallahua’lam, Usth. Siti )

Strategi Pembelajaran di Taman Kanak - Kanak


Strategi pembelajaran adalah segala usaha ustadzah dalam menerapkan berbagai metode pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
A.      Sasaran Pembejaran
Tujuan pembelajaran di TK diarahkan pada pengembangan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan perilaku anak terkait dengan seluruh bidang pengembangan yaitu fisik, sosial, emosi, intelektual dan spiritual.
B.      Metode Pembelajaran
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran di TK yaitu :
1.       Karena karakteristik anak pada dasarnya aktif dan mempunyai kemampuan untuk berkreasi maka metode pembelajaran yang sesuai adalah yang berpusat pada anak. Adapun karakteristik pembelajaran yang berpusat pada anak adalah (1) Prakarsa kegiatan tumbuh dari anak (2) Anak memilih bahan – bahan dan memutuskan apa yang akan dikerjakan (3) Anak – anak mengekspresikan bahan – bahan secara aktif dengan seluruh indranya (4) Anak menemukan sebab akibat melalui pengalaman langsung dengan objek (5) Anak mentransformasikan dan menggabungkan (6) Anak menggunakan otot kasarnya dan (7) Anak menceritakan pengalamannya.
2.       Anak belajar dalam situasi yang holistik, sehingga pembelajaran terpadu dianngap cocok untuk diterapkan bagi anak – anakTK. Dalam pembelajaran terpadu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan mengintegrasikan kegiatan yang mewakili semua bidang kurikulum atau bidang – bidang pengembangan yang meliputi aspek kognitif, bahasa, fisik / motorik, seni, sosial, afeksi, emosi dan agama. Semua bidang pengembangan dijabarkan ke dalam kegiatan – kegiatan belajar yang berpusat pada satu tema. Setiap tema harus dapat diperluas atau direvisi sesuai dengan minat dan pemahaman yang ditunjukkan oleh anak.
3.       Adanya variasi individual anak menuntut ustadzah untuk merancang dan menyediakan sejumlah alternatif kegiatan pembelajaran guna memberi kesempatan kepada anak untuk memilih kegiatan belajar yang diminatinya.
4.       Cara pembelajaran hendaknya memberi kesempatan kepada anak untuk berinteraksi baik dengan ustadzah, teman maupun sumber belajar lainnya. Melalui interaksi ini maka anak akan membangun pengetahuannya. Ketika mereka menjembatani pengertian dengan bahasa dan tanda – tanda atau simbol – simbol dan tumbuh menjadi berpikir verbal.
5.       Cara pembelajaran anak bersifat fleksibel dan tidak terstruktur, sehingga pembelajaran disesuaikan dengan minat, karena minat anak merupakan ide yang potensial untuk menentukan tema.
6.       Penerapan bermain sebagai sarana belajar di TK merupakan hal yang diprioritaskan. Prinsip pembelajaran di TK adalah belajar sambil bermain. Permainan adalah suatu kegiatan yang menyenangkan yang dilaksanakan untuk kepentingan kegiatan itu sendiri. Permainan meningkatkan afiliasi dengan teman sebaya, mengurangi tekanan, meningkatkan perkembangan kognitif, meningkatkan daya jelajah dan memberi tempat berteduh yang aman bagi perilaku yang secara potensial berbahaya. Permainan meningkatkan kemungkinan bahwa anak – anak akan berbicara dan berinteraksi dengan satu sama lain. Selama interaksi ini anak – anak mempraktikkan peran – peran yang mereka akan lakukan dalam hidup masa depannya.
C.      Bahan dan Perlengkapan Belajar
Sesuai dengan cara belajar anak yang bersifat holistikmaka bahan – bahan di TK hendaknya merupakan bahan – bahan yang relevan dengan karakteristik dan cara belajar anak yakni sederhana. Konkret, sesuai dengan dunia kehidupan anak, terkait dengan pengalaman langsung, atraktif dan berwarna, mengundang rasa ingin tahu anak, bermanfaat dan terkait dengan aktivitas bermain anak.
D.      Jadwal Pembelajaran
Jadwal disusun secara fleksibel sesuai dengan kondisi dan keperluan. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam  pembuatan jadwal adalah : (1) Aturan dari pemerintah atau institusi sekolah (2) Ketersediaan SDM (3) Ketersediaan sarana dan prasarana (4) Alokasi waktu yang tersedia (5) Ketersediaan anggaran (6) Kondisi sosial budaya.
E.      Penilaian
Sistem penilaian bersifat otentik dan natural, dengan karakteristik sebagai berikut : (1) Tidak disajikan dalam bentuk nilai yang disimbolkan dengan angka dan huruf (2) Mendorong anak untuk mengevaluasi karyanya sendiri dan untuk menentukan pada bagian mana diperlukan adanya upaya peningkatan (3) Kesalahan dipandang sebagai sesuatu yang wajar dan merupakan bagian dari kegiatan belajar (4) Sebaiknya dilakukan melalui observasi dan pencatatan (5) Kemampuan anak dilaporkan kepada orang tua dalam bentuk komentar – komentar yang bersifat naratif (6) Kemajuan dilaporkan dengan membandingkan prestasi anak sekarang dengan yang pernah diperolehnya pada masa lalu (7) Orang tua diberi informasi secara umum tentang bagaimana keadaan anaknya apabila dibanding dengan rata – rata performa anak pada umumnya (8) anak tidak dipromosikan dan tidak pula dianggap mengalami kegagalan (9) Tinggal kelas dihindari karena alasan dampak psikologis yang negatif terhadap harga diri anak. Wallahu a’lam.  ( usth Siti )





Daftar Pustaka
Aisyah, S, dkk. 2007. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Penerbit Universitas Terbuka , Jakarta.
De Porter, B dan Hernacki, M. 2003. Quantum Learning. Terjemahan. Penerbit Kaifa, Bandung.
De Porter, B, et al. 2007. Quantum teaching. Terjemahan. Penerbit Kaifa, Bandung.
Hildayani, R., dkk. 2007. Psikologi Perkembangan Anak. Penerbit Universitas Terbuka, Jakarta.
Hurlock, E. B. 1978. Perkembangan Anak. Jilid I. Terjemahan. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Masithoh, dkk. 2007. Strategi Pembelajaran TK. Penerbit Universitas Terbuka, Jakarta.
Montololu, B. E. F., dkk. 2008. Bermain dan Permainan Anak. Penerbit Universitas Terbuka, Jakarta.
Santrock, J. W. 2002. Life – Span Development, Perkembangan Masa Hidup. Terjemahan. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Solehuddin, M., dkk. 2007. Pembaharuan Pendidikan TK. Penerbit Universitas Terbuka, Jakarta.

Program Pendidikan Taman Kanak - Kanak


Karakteristik program pendidikan TK secara garis besar adalah :
  1. Bersifat terintegrasi, yakni program pendidikan yang dapat menyajikan suatu aktivitas belajar anak secara terpadu. Program pendidikan yang diorganisasikan secara terpadu memungkinkan proses pembelajaran dilakukan secara tidak terstruktur dan dapat diimplementasikan dalam bentuk kegiatan anak yang lebih alamiah dan bermakna.
  2. Memperhatikan kontinum perkembangan dan belajar anak. Kesinambungan perkembangan anak dengan berbagai dimensinya baik fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritualperlu dijadikan pertimbangan agar proses pendidikan yang dilaksanakan benar – benar mendukung perkembangan anak secara optimal.
  3. Bersifat emergent dan kontekstual. Guru berupaya memperhatikan dan menyesuaikan hal – hal yang secara spontan terjadi di kelas dan menjadi perhatian anak.
  4. bersifat koheren ( keterhubungan ). Koherensi program ini bisa menyangkut dua dimensi yakni dimensi secara berurutan dan dimensi area pembelajaran.
  5. Kaya dan bervariasi. Pengalaman belajar yang kaya adalah pengalaman belajar yang didalamnya terdapat interaksi antara anak dengan berbagai sumber belajar yang menghasilkan kebermaknaan bagi anak. Pengalaman yang variatif adalah dengan melaksanakan aktivitas yang bermacam – macam dalam pengalaman belajarnya.
Ruang lingkup materi program pendidikan TK harus bersifat komprehensif sehingga dapat memfasititasi segenap aspek perkembangan anak secara individu. Secara substansial, program pendidikan TK perlu memuat materi dan aktivitas pembelajaran yang dapat menstimulasi berbagai aspek perkembangan anak yang meliputi fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual.

Cara Anak Berkembang dan Belajar


Berbicara tentang cara anak dan berkembang dan belajar kita harus mengingat kembali makna perkembangan. Perkembangan merupakan pola gerakan atau perubahan berlangsung sepanjang hidup. Sedangkan belajar adalah perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui belajar, anak memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan, akan tetapi mereka harus mendapatkan kesempatan untuk belajar.
            Prinsip- prinsip perkembangan dan belajar anak yang dikemukakan oleh National Association of the Education for Young Children (NAEYC) sebagai berikut :
  1. Prekembangan berlangsung sebagai suatu keseluruhan/ menyeluruh (holistik) yang meliputi aspek fisik, social, emosional dan kognitif yang saling terjalin. Bahkan beberapa aspek dapat saling berinteraksi dan mungkin berkembang dalam derajat yang bervariasi misalnya, anak yang bertubuh atletis mungkin akan selalu bangga, percaya diri dan popular diantara teman – temannya.
  2. perkembangan dalam suatu urutan relalif dan dapat diprediksi. Kemampuan, ketrampilan dan pengetahuan selanjutnya dapat dibangun berdasarkan apa yang sudah diperolehnya terdahulu. Misalnya sebelum seorang anak dapat berjalan, pertama – tama anak belajar mengangkat kepalanya, kemudian duduk tegak, merangkak, berdiri dengan bantuan dan kemudian berdiri tanpa bantuan.
  3. Perkembangan berlangsung dengan rentang yang bervariasi antar anak dan antar bidang perkembangan darri masing- masing fungsi. Variasi individual memiliki dua dimensi yaitu variabilitas dari rata – rata perkembangan dan keunikan masing – masing individu. Anak merupakan pribadi yang unik dengan pola dan waktu pertumbuhan individualnya ( kepribadian, temperamen, gaya belajar ) serta latar belakang pengalaman dan keluarga.
    1. Karakteristik individual yang sering dianggap sebagai kunci bagi perkembangan kepribadian adalah rasa percaya diri ( trust ), diri sendiri ( self ) dan kemandirian ( independence ).
    2. Perangai / temperamen ( temperament )adalah suatu gaya perilaku individual dan cara merespon yang khas, ada tiga tipe :
1)       Anak yang bertemperament sedang ( easy child ). Pada umumnya memiliki suasana hati yang positif, cepat membangun rutinitasnya yang teratur pada masa bayi dan mudah menyesuaikan diri dengan pengalaman-pengalaman baru.
2)       Anak yang bertemperament tinggi ( dificcult child ) cenderung bereaksi secara negative dan sering menangis, melibatkan diri dalam hal-hal rutin sehari-hari secara tidak teratur dan lambat menerima pengalaman-pengalaman baru.
3)       Anak yang bertenperamen rendah ( slow to warm up child ) memiliki tingkat aktivitas yang rendah, agak negatif, memperlihatkan intensitas suasana hati yang rendah.
    1. Gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap lalu mengatur dan mengolah informasi. Ada tiga modalitas belajar yaitu orang visual belajar melalui apa yang mereka lihat, pelajar auditorial melakukannya melalui apa yang mereka dengar dan pelajar kinestetik lewat gerak dan sentuhan.
  1. Pengalaman awal memiliki pengaruh kumulatif dan tertunda terhadap perkembangan anak. Perkembangan adalah seumur hidup ( life long ) yakni proses perubahan sepanjang hidup dalam kemampuan seseorang untuk beradaptasi terhadap situasi – situasi yang dihadapinya. Setiap periode dari rentang kehidupan juga dipengaruhi oleh apa yang terjadi pada periode sebelumnya dan apa yang terjadi saat ini akan pula mempengaruhi apa yang terjadi kemudian.
  2. Perkembangan melibatkan perubahan yang berlangsung secara sistematis ( misal kemampuan berjalan anak seiring dengan matangnya otot – otot kaki ), progresif ( bersifat maju, meningkat dan mendalam / meluas baik secara kuantitatif – fisik- maupun kualitatif – psikis) dan berkesinambungan ( berlangsung secara beraturan dan berurutan). Perkembangan berlangsung dalam arah yang dapat di prediksi yaitu kearah kompleksitas, kekhususan, organisasi dan pemahaman yang lebih meningkat. Anak belajar dari pengalaman langsung ( hand experience ) dan secara berangsur  mengembangkannya ke dalam bentuk pengetahuan simbolis seperti gambar, tulisan, permainan peran dan sejenisnya.
  3. Perkembangan dan belajar terjadi dalam dan dipengaruhi oleh konteks sosial dan budaya yang majemuk dalam konteks sosiokultural keluarga, pendidikan dan masyarakat yang lebih luas.
  4. Anak adalah pembelajar aktif, sifat – sifat multi dimensional dari aktivitas anak ini adalah : a) ketika mereka bergerak mereka mencari stimulasi yang dapat meningkatkan kesempatan anak untuk belajar, b) anak menggunakan seluruh tubuhnya sebagai alat untuk belajar  dan melibatkan semua alat inderanya seperti merasakan, menyentuh, mendengar, melihat, mengamati suatu objek atau melakukan eksplorasi, c) anak adalah peserta yang aktif  dalam mencari pengalamannya  sendiri.
  5. Perkembangan dan belajar merupakan hasil interaksi kematangan biologis dan lingkungan fisik dan social tempat anak tinggal. Oengalaman fisik adalah pengalaman yang diperoleh oleh anak melalui penginderaan terhadap objek – objek yang ada di lingkungan sekitar anak melalui manipulasi langsung, mendengar, melihat, meraba, merasa, menyentuh serta melakukan sesuatu yang ada di lingkungan anak. Pengalaman social anak dengan lingkungan fisik dan objek – objek juga dipengaruhi oleh orang lain. Ketika anak bermain dan berkata dengan kelompok atau dengan guru dan dengan orang dewasa lainnya, mereka mengembangkan, mengubah, menafsirkan ide – idenya.
  6. Bermain merupakan sarana penting bagi perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak dan menggambarkan perkembangan anak. Bermain memberi kesempatan kepada anak untuk memahami lingkungan, berinteraksi dengan yang lain dalam cara – cara sosial, mengembangkan berbagai kemampuan, memperoleh dan memproses informasi, belajar tentang hal – hal baru serta melatih ketrampilan yang sudah ada. Melalui bermain anak juga dapat memahami, menciptakan dan memanipulasi simbol – simbol dan melakukan percobaan dengan peran sosialnya.
  7. Perkembangan dapat mengalami percepatan bila anak memiliki kesempatan untuk mempraktekkan ketrampilan- ketrampilan yang baru diperolehnya dan juga ketika mereka mengalami tantangan diatas tingkat penguasaannya. Ketiak anak sudah tidak dapat menemukan cara – cara untuk menyelesaikan kegiatan atau tugas maka scaffolding boleh dimulai yakni proses pemberian bantuan dari orang yang lebih berpengalaman yang dilakukan secara bertahap untuk mempermudah anak dalam belajar sesuai dengan tahap perkembangannya. Selama proses scaffolding tugas atau kegiatan yang dilakukan anak tidak diubah, tetapi tugas itu dibuat lebih mudah sehingga dapat dilakukan oleh anak.
  8. Anak mendemonstrasikan kemampuan dasar untuk mengetahui dan belajar yang berbeda serta cara yang berbeda pula dalam memperlihatkan apa yang mereka tahu.
  9. Anak berkembang dan belajar terbaik dalam suatu konteks komunitas yang menghargai, memenuhi kebutuhan – kebutuhan fisiknya dan aman baik secara fisik maupun psikologis. Kondisi ini akan mendorong anak untuk berekspresi dan beraktualisasi secara optimal.
 

KB/TKIT MUTIARA INSANI Copyright © 2009 Flower Garden is Designed by Ipietoon for Tadpole's Notez Flower Image by Dapino